Pagi itu hujan gerimis membayangi kegalauan kami satu tim. Lepas waktu subuh dikala team maasih terlelap tidur pak kaur umum sudah ngeslah motor GL cepek kesayangannya. Suara blud blud blud knalpot yang khas itu membangunkan ku dibawah gelapnya ruang tengah.
Tanah kuning yang licin terkena tangisan bumi pagi itu tak menyurutkan beliau untuk berkeliling kampung untuk mencari mobil yang mampu menghantarkan kami meninggalkan desa tersebut.
Sekitar pukul lima tiga puluh beliau pun sampai rumah dengan muka yang tampak lelah dan pucet. Perjuangan pagi itu pun tak membuahkan hasil karena harga kulat hari itu baru tinggi dan seluruh mobil untuk mengangkut kulat kulat warga.
Pikiran sedikit cuntel kami dan bapak, telfonlah pak ganteng Andi untuk membantu mencarikan strada, selang beberapa jam sedikit ada titik terang bahwa ada mobil tapi nanti habis Dhuhur setelah angkut kayu miliknya.
Suasana sedikit terurai setelah ibu membuat kopi, lanting dan kabar tersebut. Tak kalah nikmatnya temen temen pun bernafas lega dan akhirnya bisa makan pagi dengan nasi merah kampung dan ayam sisa pesta perpisahan semalam. Maklum sedari pagi do ra doyan makan mergo kepikiran rung entuk mobil. Tapi ketua team tetap belum bisa makan, cuma ngopi ngopi dan ngasap.
Dua mobil strada pun menghampiri kami untuk negosiasi harga dan lokasi kami daaaann ternyata nangis lagi, harga tinggi dan rute pun belum tau. Alhasil gagal maning gagal maning sooonn...
Mau gak mau memang hari itu kami musti pindah kecamatan dan sinyal pun tak ada ketika mau menghubungi mobil yang ada di tapang Aceh. Disana ada satu mobil yang siap antar kita tapi cuma mampu jemput dari atas tanjakan maut.
Tak mau membuang waktu akhirnya pak ganteng Andi naik menuju tapang aceh dg kondisi yang harus berpayah karena jalannya jahat. Lobi lobi lobi pun akhirnya mau turun dan jemput kami.
Legoooo caaahhh
Kumandang adzan dzuhur sudah terdengar dikampung yang mayoritas muslim itu, hati sedikit galau lantaran menunggu terlalu lama sedang perjalanan membutuhkan waktu enam jam'an..
Lepas pukul 13.30 kami pun berangakat dengan sedikit haru harus meninggalkan bapak ibu dan keluarga yang sudah menampung kami sebulan. Pagi siang malam selalu masakin kami disamping beliau harus ke ladang noreh.
Perjalanan sedikit tegang ketika menaiki tanjakan maut, hendri muka pucet tak mau lihat jurang yang begitu dalam, jalanan tanjakan tidak data dan sempit., sesampai atas horeeeeee seneng e ngadubilahi selamat selamat cah hendri sido rabi hahahaa
Tikungan samping rumah pak liong kami sapa beliau pak kadus yg sudah umur dada da daaa kami pamit pak "sambil mobil melaju"...
Mobil sempat berhenti di sebelah selatan rumah pak liong ambil terpal karena mendung mengintai, ternyata anak sopir mobil yang masih kecil mau ikut gak mau ditinggal dan nangis njerit njerit.. Sang istri yang baru hamil nampak kualahan menghalau anak tersebut... Daaann akhirnya jalan lagi ngeeeeeengghhh
Melaju sekitar 300 meter di depan rumah dinas guru SD Tapang aceh terlihat buguru kelas 5 baru didepan ngajari anak e pakai leptop dan tangan melambbai buuu guruuu kami pamiiiiiiiitttttt......
Rombongan babi wira wiri dijalanan membuat laju mobil sedikit mempelankan perjalanan, jendul jendul babi kecil mlayu terbirit birit ngoyak ibune
Naik turun bukit, jembatan kayu medeni dan tikungan tajam pun dilewati dengan mulus disertai hati ketir ketir. Memutari bukit Kujau yang tampak gagah siang itu adalah hiburan tersendiri...
Naik turun bukit, jembatan kayu medeni dan tikungan tajam pun dilewati dengan mulus disertai hati ketir ketir. Memutari bukit Kujau yang tampak gagah siang itu adalah hiburan tersendiri...
Sempat berhenti sejenak, sopir menyapa warga kalau mau ke desa depan dan laju mobil kencang nglodek nglodek, uniknya si hendri kok yo isoh turu nang bak strada belakang yg penuh barang.
Perut ku yo kroso mual dan tak tututi turu sambil dalam perjalanan dzikir ra mandek mandek. Medeeeniii e dalan e.... Mata ku kebukak dan nyawa belum kumpul kabeh tanjakan dg kontur tanah pasir putih kayak pantai membuat ragu si sopir nampaknya.
Dari awal nanjak yakin sih, tapi sekitar 20 meter dilalui dan sudah hampir sampai finis tanjakan, sopir kok malah oper dobel gardan prosneleng nol daaaaaaaaannn mak pluuuruuuuuuuuuuutttttt sroooooooootttttttt hen hen tangi hen hennnnn bagun awassssss dueeeeeeerrrrr slep mobil mandek mlorot adoooh nendang tebing
Bersambung ono telpon le ngetik terganggu





