Kampung adalah sebutan atau nama suatu tempat tertentu yang dihuni oleh sekelompok atau beberapa kelompok orang yang terbentuk dalam suatu atau beberapa rukun tetangga dan atau rukun warga dalam suatu wilayah. Di Indonesa dahulu untuk tata bahasa juga menggunakan ejaan yang berbeda dengan saat ini atau bisa disebut ejaan lama. seperti halnya presiden pertama kita dengan ejaan Soekarno, mungkin saat ini jika menggunakan bahasa sekarang bisa dengan Sukarno.
Pada tahun 2015 kala itu media sosial belum begitu gencar seperti saat ini. Apa lagi di tahun era pandemi covid-19, media sosial begitu menjamur dimana-mana, begitu juga fungsi dan tujuannya. hal itu tentu saja untuk mengangkat perekonomian, memperkenalkan barang yang akan dijual dan tentunya menjadi media iklan yang hanya cukup memiliki paket data saja. Berbeda dengan tahun sebelumnya, ketika ingin memasarkan apapun iklan media cetak sangat membebani, baik beban jasa desain ataupun jasa publikasinya.
Membuat sebuah media sosial pun juga perlu perhitungan, baik nama yang mudah di lafalkan, di ingat dan tentunya menjadi sebuah icon atau brand.
di sebuah event yang cukup unik di tahun tersebut, secara refleks ketika melihat rukun tetangga yang bersolek unik disebuah karnaval yang digagas oleh organisasi pemuda-pemudi dengan bapak ibu masyarakat Jetis RW 035, terfikirlah membuat instagram untuk memberikan kabar ke khalayak umum bahwa di sebuah kampung terdapat kegiatan unik. Kegiatan karnaval setiap memperingati HUT RI di kampung.
saat itu yang berketempatan adalah RT 03 yang saat ini menjadi RT 05. Rukun Tetangga ini berada di paling ujung Barat laut yang lumayan jauh dari jalan raya, namun sebuah WNA bersepeda mak slonong tiba tiba muncul. keterbatasan bahasa begitu terasa saat itu dan inisiasi membuat akun media sosial menjadi pilihan tersendiri.
Sedikit kebingungan saat itu, mau di namain apa. Jika nama pemuda akan panjang sekali, mau di namain pedukuhan tapi ini lingkupnya bukan padukuhan, mau di namain RT tapi ini acara umum. HP Smartfren kala itu bertanya kepada mbah google nama nama keren, namun juga belum muncul yang cocok, akhirnya teringat bahwa presiden kita pertama adalah bernama Soekarno, nampaknya epict jika kita menggunakan bahasa lama atau ejaan lama. Selain Jetis adalah nama Padukuhan namun Jetis sendiri berada di bawahnya padukuhan, binggung juga ya...
yasudah ambil saja Kampung, karena kita memang berada di kampung. yak saya bukan anak kota yang selalu loe gue loe gue. Kampung itu memiliki ketenangan, sikap sosial dan gotong royong yang begitu bagus. Itulah alasan saat itu kenama mengambil Kampung dan kata kampung dibahasakan dg ejaan lama menjadi Kampoeng, akhirnya munculah MarkTren sebuah nama media sosial KampoengJetis.
Sebuah hastag # juga perlu digunakan dalam sebuah postingan di media sosial, yang berfungsi untuk memudahkan pencarian orang-orang. ketika Karnaval ini muncul kok sepertinya masih ada yang perlu ditambah maka muncul lah hastag #JetisCarnival , hastag itu pun berlangsung beberapa tahun untuk mendampingi JetisCarnival 1, 2 dst.
namun sebelum itu akun KampoengJetis juga digunakan untuk mempublikasikan sebuah peresmian Paguyupan Gerobak Sapi Sleman "Makarti Roso Manunggal" yang saat itu dilaksanakan di lapangan Balai Desa Tirtomartani, dihadiri oleh GKR Hemas bahkan seluruh Gerobak sapi se-DIY. melalui Facebook dan Twitter kami tag ke media info di Sleman, Jogja ( @ini.Sleman , @Jogja24jam, @ JogjaUpdate , dll). Tidak hanya itu, melalui Twitter 2015 dengan adanya Gelar Budaya Desa Tirtomartani juga mencoba membantu meng-up-kan dengan beberapa akun akun besar Jogja kala itu.
saat event gerobak sapi itu juga memikirkan bahwa desain untuk foto profil apa yang cocok, karena tidak bisa desain, akhirnya asal saja. karena ada gerobak salah satu transportasi akhirnya muncul nama Kampoeng Budaya Jogjakarta. Mengambil Jogjakarta kala itu karena informasi yang kami dapat acara ini akan di ikuti gerobak sapi dari seluruh Yogyakarta.
sempat kebingungan untuk mengembangkan, baik mengembagkan media sosial ataupun mewujudkan kampoeng itu sendiri.
regenerasi pun berlanjut, bersyukur kami haturkan setelah organisasi pemuda di ubah menjadi karang taruna, muncul bibit yang luar biasa. pemuda kampoeng yang memiliki kreatifitas dan imajinasi. dalam mengelola akun dan nama itu akhirnya di buat tim media.
berjalannya waktu setelah Jetis Carnival di offkan, Karang Taruna ketika ultah membuat beberapa acara, namun yang paling luar biasa adalah "Gebyar Kampoeng Jetis" dengan mendatangkan Kenya Mayangkara. Sebuah tag line yang muncul dari teman-teman dalam membuat event dalam merayakan ultah Karang Taruna Garuda Muda Berkarya.
waktu berlalu, pandemi Covid membuat semuanya berhenti. namun dalam berhentinya kegiatan tepat di tahun 2022 akhirnya GMB come back, mengangkat kembali tagline yang luar biasa Kampoeng Jetis, sebuah Kampoeng Budaya dan Seni YK di merch.
mari kita dukung bersama kegiatan baik ini, dan para pemuda semoga dapat bersatu saling bahu membahu guyup ruun, saling belajar dan hidup kembali. Doktrin rasa memiliki GMB dan Kampoeng ini nantinya akan memiliki imbas baik untuk berlangsungnya segalnya karena kita Garuda Muda Berkarya X Kampoeng Jetis.
O iya, awal mula sebulum muncul Karang Taruna, disini bernama Organisasi Pemuda Pemudi Dusun Jetis (ODIS) namun melihat perkembangan anggota yang setelah menikah lalu melepaskan keanggotaannya, sedangkan organisasi masih membutuhkan pendampingan untuk lebih baik, maka di ubahlah menjadi Karang Taruna supaya arti keanggotaan luas. Harapan besar setelah anggota menikah masih tetap menjadi anggota dan masih membersamai. Ujar Mas D, Mas M, Mas P dkk di rumah mas Miku kala itu.