Lika liku perjalanan ketika ujian SIM hampir tidak dapat kita oprasionalkan, berbeda dengan sang ahlinya ketika memberikan contoh untuk melewati rute zigzak ataupun angka delapan yang tak bisa jatuh ataupun Mak jegagik satu kaki turun dan akhirnya dicoret untuk mengulang satu Minggu lagi ujian praktik.
Walaupun sudah mempelajari berulang, namun sebuah kegagalan yang harus di ulang pun maklum pasti terjadi. Jumat adalah hari baik bagi kami dan awal kehidupan yang tak pernah terduga kala itu, sebuah janji suci yang harus dipertahankan sampai dengan kapan pun, apapun rintangannya janji satu ini lah yang wajib hukumnya untuk terus di kuatkan.
Sebuah untaian bunga warna warni dalam sebuah langkah sempat kita tinggalkan, hal tersebut membuat kita harus memulai dari Nol lagi, ucap karyawan SPBU. Pandangan sang pemburu dengan tele yang seharusnya bisa mendapatkan titik target hanya tinggal jebretan doooorrr pun pasti bisa meleset.
Dunia penuh dengan fata Morgana, apa yang kita lihat belum tentu bahwa itu adalah air yang indah diujung jalan ketika masa SMP, ketika bersepeda di ujung jalan yang terik. Perdebatan dengan rombongan sepeda berjajar dua dua ketika pulang sekolah kala itu.
Daftar menu di sebuah warung kopi membuat binggung ketika dengan spontan kita harus memilih, mau minum apa ? Tegas pak direktur. Tanpa adanya sodoran menu, namun kita harus memilih, namun beruntung dengan spontan sang peracik kopi bisa menjelaskan macam kopi apa saja yang ada disini. Metode V60 pun terpilih menjadi hal lumrah, dengan racikan Beans Kintamani.
Namun ketika awal disodorkan dengan pilihan, apa yang perlu kita pilih? Namun tidak ada daftar menu yang disodorkan. Dengan spontan pula hanya dua pilihan Keluarga dan Agama.
Dunia kita serahkan sepenuhnya oleh salah satu pilihan diatas, ujar Cak Nun kala berjumpa di kantor perpus EAN di Kadipiro. Jalani semua dengan nyaman, jika semua nyaman maka akan membawa sebuah ujung yang baik. Namun jika sudah tidak ada hal diatas, tinggalkan dan carilah yang sesuai supaya Salam dan Bahagia itu tetap berlangsung seperti halnya sistem Among, sambut Ki Hajar Dewantara dalam buku Ketamanaiswaan.